Sebuah Pertanyaan Pilihanmu Atau Pilihan Orang Tuamu?



Semakin bertambah usia semakin bertambah pula segala kebutuhan kita. Kebutuhan akan makan, Kebutuhan mencari pekerjaan, kebutuhan eksistensi, kebutuhan ditemani, oleh pasangan tentunya. itu kebutuhan atau pilihan?. 

Saya juga tidak tau apa sebutannya. Tapi baru baru ini ada seorang sahabat saya yang menanyakan tentang dengan siapa dia akan menghabiskan waktu bercerita di malam hari. Pasangan yang dipilihkan oleh orang tua atau pasangan yang dipilihnya sendiri. 

Membaca dari buku Mark Manson memilih pasangan itu tak melulu soal rasa, rasa cinta maksudnya. Di abad 19 rasa cinta dilihat sebagai sesuatu yang tidak penting dan berpotensi memberikan hambatan psikologis yang membahayakan perkara-perkara yang penting dalam kehidupan. Orang-orang dipaksa untuk menghilangkan sisi romantis demi perkawinan yang secara ekonomis menguntungkan sehingga memberikan kestabilan untuk mereka sendiri dan keluarga. Makanya di era itu banyak sekali kita kenal dengan istilah jamannya siti nurbaya. 

Tetapi sekarang bukanlah abad 19 lagi, perasaan cinta sudah mendominasi budaya kita. Cinta romantis ibarat kokain, budaya kita meniru adegan heroik seperti ketika tidak direstui memaksa kawin lari, bunuh diri, mati-matian menentang orang tua atau bahkan tidak mau kawin kecuali dengan orang yang dicintainya. 

Disini tak pernah ada kepastian apakah orang yang telah kita yakini adalah benar adanya pasangan yang membuat kita bahagia nantinya. Pernyataan itu juga berlaku pada orang yang dipilihkan orang tua. 

Masalahnya adalah kita tau bahwa cinta romanis memang mirip kokain. Merangsang bagian otak, memberi kenikmatan dan membuat kita merasa tenang sementara, tetapi juga meninggalkan banyak masalah untuk diselesaikan, seperti kokain bukan?. 

Kita berasumsi dan membenarkan apa yang ingin kita benarkan. Padahal tak ada kepastian bahagia dalam setiap pilihan kita, yang ada adalah kepastian tanggung jawab untuk apapun yang telah kita pilih. Misalkan kita memilih orang yang kita rasa pas dan cocok untuk menemani teman minum teh dengan mengabaikan pilihan orang tua kita. Berarti kita bertanggung jawab untuk menjelaskan secara penuh alasan dari pilihan kita. Mencoba membuat pengertian agar segala sesuatu di terima. 

Tak perlu terburu-buru dalam membuat keputusan, lakukan saja seperti mengupas bawang. Selapis demi selapis hingga kita sampai pada jawaban yang kita yakini benar adanya. Tak apa lama, bukankah yang terpenting kita telah menguraikannya. Segala sesuatu yang kita anggap benar belum tentu benar, tapi saya yakin kita telah siap merancang segala resiko untuk pilihan kita. 

Mengutip buku konpirasi alam semesta hidup tak hanya mengenai cinta, ada banyak hal lain yang harus dilakukan. Kita tidak pernah tau kapan isroil akan datang. Mungkin esok, esok lagi atau esok lagi. Jika melulu memikirkan tentang cinta kita bisa lupa apa yang telah Tuhan berikan dan patut kita syukuri. 

Namun setiap dari kita memiliki sebuah tanggung jawab yang sama. Membahagian orang yang kita sayang dalam artian orang tua atau membahagiakan diri sendiri. Atau jika kita beruntung kita bisa membahagiakan keduanya. 

Di kamar kos an yang merindukan bapak dan ibu 
Gambar di ambil dari Kompasiana.com

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman KRS an yang pertama

30 Menit Sesi Akhir

Memasukkan Gambar Pada Eclipse