Posts

Showing posts from 2015

Kami Boleh Salah Tapi Tidak Boleh Bohong

Sekolah redasi kembali lagi diselenggarakan setelah lama vakum ditelan kesibukan rutinan yang lain. Kali ini tema sekolah redaksi yang diangkat tentang jurnalisme pers kampus dan analisis sebuah mahasalah. “Jurnalis itu berlandaskan kebenaran” kata pembuka yang dilontarkan mas Lutfi yang kali ini menjadi narasumber utama kami. Mas Lutfi juga menambahkan nilai yang harus di junjung dalam dunia pers “pers itu tak boleh bohong tapi boleh salah”. Pada saat ini pers kampus sendiri terjebak pada kerja humas. Dimana banyak media pers yang tidak berprespektif pada kebenaran melainkan berjalan pada rel-rel kelompok. mas Lutfi bilang “Pers kampus saat ini mengalami pergesaran nilai”. Pers kampus yang harusnya menjadi alat perjuangan masyarakat dan menjadi kontrol terhadap rezim, kini telah berubah dengan berjuang atas golongan. Seperti yang dilakukan dimasa reszim Suharto dulu, pers kampus mempunyai peran yang sangat penting.   Dimana gagasan yang ditawarkan dalam hasil intelektualnya m

Dan Akupun Seperti Ini

Sepertinya dua tahun bukan waktu yang singkat untuk kita saling mengerti, tapi masih saja kita layaknya serdadu kecil yang saling menembak. Malam tadi aku menerima sebuah pesan singkat darimu “kasih tau aku cari kamu gak iri dengan hidupku”. Aku tak pernah menyangka hingga kamu berfikir seperti itu. Maaf sepertinya aku tak bisa seperti teman-temanmu yang selalu ada waktu kamu ingin bermain, maaf aku pula tak seperti mereka mendengar keluh kesah mu. Maaf jika aku tak bisa berbagi dengan mu. Salah kah jika aku tak suka melihat kamu memakai pakaian ketat yang bahkan aku, sebagai wanita saja kadang tergoda melihatnya, aku hanya tak ingin banyak laki-laki yang memandang tubuhmu. Melihat seolah kecantikan itu hanya diibaratkan tubuh berselimut benang saja. Salahkan jika aku marah jika kamu terlalu banyak berjalan dan bermain aku hanya tak ingin kamu merintih kesakitan. Seperti waktu lalu saat kamu tergelak di atas ranjang kecil kita. Menahan sakit yang bahkan aku tak bisa berbuat

Dan Kau Tampan

Kehilagan, mungkin itu kata yang pantas untuk ku malam ini. Ketika aku dan kamu tak lagi bersama seperti dulu. Seperti kata yang bercerai berai dalam satu kalimat. Kita tak lagi saling melengkapi karena aku dan kamu tak lagi saling memiliki. Sedih, rasanya seperti sebagaian hati telah berlubang, remuk bahkan hancur. Termakan oleh ulat rindu yang menyengsarakan. Tentu ada air mata, tentu juga ada semilir duka. Entah sampai kapan rasa ini bisa terlewati. Kita memang telah dewasa. Dan dewasa itu bisa merelakan untuk saling melepaskan, untuk saling melambaikan tangan.  Katamu kita tidak berpisah. Hanya raga kita saja yang saling berjauhan. Kita bisa selalu bertemu dalam nyata maupun dalam doa. Aku berharap ini bukan kepergian. Hanya kita sama sama punya jalan yang berbeda untuk menuju impian. Aku dan kamu mencari jalan terbaik untuk masing masing dari kita. Aku begitu takut untuk melepasmu. Begitu takut untuk melihatmu memeluk orang lain selain aku. Aku takut orang lain meng