Badai Oktober




Ingatkah kamu tentang kisah kota hantu, cerita yang biasanya kau ulang-ulang untuk membuatku ketakutan dan tersenyum miris. Kamu paling tau, aku paling takut dengan cerita ataupun film hantu, meskipun aku tau semua itu tak pernah nyata adanya. Tapi, layaknya anak kecil yang teramat takut dengan orang mati, seperti itulah aku ketika telingaku mendengar kata hantu. 

Kita biasa bertemu disebuah cafe dekat perempatan utama kota. Duduk dengan bangku yang sama dan dengan pesanan yang selalu sama coklat panas dengan taburan keju di atasnya sedang kamu selalu memilih menu yang berbeda setiap kita bertemu. Ketika ku tanya mengapa, jawabmu sederhana semua menu di cafe ini pasti enak dan layak dicoba. 

Aku ingat beberapa percakapan kita, tentang tugas akhir yang begitu menyebalkan. Dan tiba-tiba mbak penjaga akan mengtakan pada kita “Mas, cafe tutup setengah jam lagi”. Saat  itulah baru aku sadar betapa waktu terasa teramat cepat jika aku bersamamu.
Namun saat ini,  aku bahkan tak pernah berani mengunjungi bangunan bercorak coklat itu. Beberapa kali ketika aku tak sengaja melewatinya, sepert ada medan magnet yang membuat mataku memandangi bangunan itu. Aku kembali teringat kenangan 3 tahun silam. Saat badai di bulan oktober terjadi. 

Sudah 3 tahun sejak pertengkaran hebat yang aku masih mengingat setiap jengkalnya. Saat itu kamu marah besar karena tahu aku keluar dengan teman wanitaku dan tak memberi tahumu terlebih dahulu. Kamu mengatakan aku orang yang seenaknya dan jahat. 

Saat itu kita memunyai dua pilihan memilih ntuk tetap bertahan dan membangun kembali pondasi yang telah runtuh. Atau memilih untuk  meledak bersama kenangan, hingga menjadi serpihan debu. Sepertinya untuk kali ini aku memilih pilihan yang kedua. Maaf jika aku egois, tapi menurutku itu yang terbaik untuk kita saat itu. Bukan karena aku tak  lagi ingin mempertahankan kamu, bukan karena aku ingin bersama dengan yang lain. Terlebih semua karena itu permintaanmu. 

Saat ini kita masih bisa bertemu, bisa bercerita, hanya saja ada beberapa kebiasaan yang hilang selepas badai itu. Seperti panggilan sayangku kepadamu, sapaan selamat pagiku atau ucapan have nice drime yang selalu menjadi kebiasaan kita sewaktu bersama. Kita tak berubah, hanya saja semoga kamu menemukan orang yang tepat di lain waktu. Seseorang yang siap menjadi navigator andal bukan seperti aku. Karena bagiku mencintai adalah berbesar hati menerima seseorang secara utuh, mencintai adalah siap dan lagi bersedia ada untuknya, dan mencintai adalah mengagumi segala kekurangannya untuk siap melengkapinya.

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman KRS an yang pertama

Memasukkan Gambar Pada Eclipse

Tutorial Menjadi Orang Tua Bijak