Mau Tidak Mau Perempuan Itu Tetap Lemah



Saya baru sadar seberapa lemahnya wanita terhadap tindak pelecehan, kekerasan, dan perilaku diskriminatif lainnya. Ini adalah pengalaman pertama saya. Saya tinggal di kosan yang kebetulan bersebelahan dengan pemandu karaoke atau bahasa kerennya lady companion (LC). Jadi sudah biasa jika waktu tengah malam ada orang ketawa ketiwi atau pulang dalam keadaan sempoyongan.

Seperti manusia pada umumnya. Saya berusaha melakukan salah satu ciri-ciri makhluk hidup. Menyesuakan diri dengan ritme lingkungan yang berbeda. Sesekali menyapa atau berpamitan ketika hendak berangkat kerja menjadi hal rutin yang saya lakukan.

Tak ada yang mengusik pikiran saya, hingga kejadian tadi pagi. Saat itulah saya begitu berharap menjadi laki-laki sepertinya akan lebih menyenangkan. Kejadiannya ada seseorang yang menetuk pintu kamar saya dan memanggil-manggil saya “mbak... mbak.... mbak tuban... berulang ulang kali”. Saya terbangun kaget, tak biasanya hal semacam itu terjadi. Sambil kriyip kriyip mengumpulkan nyawa , saya menarik kabel charger yang terhubung dengan smartphone. Jam 3 pagi ternyata.

“Ngapain ini mas mas-mas pagi pagi kisruh” ujar saya dalam hati meski sedikit tegang takut takut saya memasang slot kunci pintu terlalu longgar dan tiba-tiba dia masuk kamar saya. Tapi untunglah tadi malam saya telah memasangkan kunci dengan kuat. Tak hanya pintu saja yang di gedornya  jendelapun tak luput dari tanggannya.

“tok... tok... tok...mbak ... mbak... mbak tuban ”

Dari situlah saya mulai merasa terdiskriminasi semua yang saya tau tentang perempuan itu tidaklah lemah, feminisme dan berbagai wejangan women is strong, luntur, hanyut, hilang. Adanya hanya saya yang berandai-andai jadi laki-laki. Pasti saat itu saya akan keluar kamar dan menanyakan ada keperluan apa mengganggu malam malam begini. Kalau mau niat bangunin saur ya ndak usah lebai mas. Tapi apa daya, toh saya seorang perempuan. Saat itu saya memiliih diam tak bergerak hingga pagi menjelang.

Hingga terhitung 20 menit suara laki-laki itu hilang. Disusul bunyi keras pintu tertutup. Saya lega tapi tetap tak bisa melanjutkan tidur hingga pagi benar-benar muncul. Teringat tadi malam malam, ada seorang lali-laki tiba yang mengajak ngobrol saya menyakan ini itu untuk bahan obrolan. Saya jadi mengutuki diri sendiri karena menjawabnya dengan jujur. Ahh ya sudahlah untuk pengalaman pribadi saja.

Di Kamar Kos Mengingat Kejadian Tadi Pagi Menjelang Saur Sayangnya Saya Tidak Puasa
7 Juni 2018

Comments

Popular posts from this blog

Memasukkan Gambar Pada Eclipse

Pengalaman KRS an yang pertama

Cara Skinning Bone Manual Dengan Blender