AYO KAWAN BERKUMPUL BERKUMPUL
Sabtu, 10 Oktober 2015 seorang
perempuan memegang micropon di tangan menyerukan “Ayo ayo bagi panitia yang
punya kuping tolong berkumpul di lapangan dan segera membentuk barisan”. “Panitia-panitia
harap yang cerdas” tambahnya dengan 1 nada suara di naikkan lebih tinggi.
Berangseklah para pantia maju meninggalkan
posisi awal mereka. dan berjalan menuju sumber suara tersebut. Ada juga yang
masih duduk duduk di pinggir tempat acara, mengobrol sambil bercanda satu sama
lain. Jam kala itu menunjukkan pukul 09.55. Matahari yang hampir mencapai tepat
diatas kepala. Teriknyapun cukup membuat kulit kering, yang awalnya lembab karena
terolesi body lotion. Acara itu seharusnya sudah di mulai satu tepat jam 9.00
lalu di lapangan kampus hijau kami UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Namun hingga
menjelang pukul 10.00 masih dilakukan pengkondisian panitia.
Teringat upacara bendera waktu Sekolah
Dasar (SD) dulu. Kami selalu beramai ramai cepat-cepat menempati barisan yang
sudah ditentukan. Tanpa berpikir untuk duduk-duduk dan bercanda satu sama lain.
Dengan atribut lengkap topi, dasi, sabuk, kaos kaki putih dan tak lupa sepatu
hitam yang wajib kami kenakan.
Meskipun upacara sebuah kegiatan
rutian kami tapi petugas upacara selalu berlatih satu hari sebelum upacara di
mulai. Ke esokan harinya upacarapun berjalan lancar seperti yang di inginkan
tanpa ada jam molor atau di kenal dengan jam karet. Tak hanya upacara, untuk
urusan piketpun tak kalah, yang bertugas piket hari itu selalu datang lebih
pagi untuk melakukan kewajibannya. Rasa tanggung jawab petugas selalu dikedepankan.
Tapi di kampus berbeda, beberapa
acara yang sering terlihat, beberapa petugas sering melalaikan tanggung
jawabnya. Panitia yang sudah terbentuk dengan adanya Surat Keputan (SK ) kepanitian
yang ditanda tangani petinggi di kampus hanya menjadi lembar pemberitahuan
jabatan. Tapi perseorangan tak bisa bertanggung jawab atas kewajiban dan
tugasnya.
“padahal panitianya banyak tapi
yang kerja cuma itu itu aja” Keluh seorang anggota sebuah kepanitian acara
terhadapku. Sedikit dengan muka lelah dan mata merah di ikuti dengan air. Dia sangat
kecewa dengan beberapa anggota kepanitian acara yang digawanginya lantaran saat
dibutuhkan mereka menghilang entah kemana.
Kurang tanggung jawab dan saling
lupa menghargai, entah karakter itu tumbuh dari mana. Sejak kecil aku diajari
oleh orang tuaku untuk bersikap peduli terhadap yang lain dan saling menghargai.
Apa sekarang ajaran mereka berubah. Urusan pribadi sangatlah penting hingga kita
menjadi orang yang terus tumbuh dengan budaya tak peduli.
Comments
Post a Comment