Tak seperti pacar sekali ingkar kata bubar menghantar.
Kepasrahan, itu hadir ketika kita
benar-benar merasa tak mampu. Tak mampu, walau hanya sekedar menghirup udara
dunia, atau sekedar menikmati sinar sang surya. Karena itulah setiap manusia
membutuhkan sebuah sandaran entah itu sekedar melepas dahaga dunia. Sekuat apapun
manusia, dia tapi dia tetap harus bersandar. Karena sandaran itulah yang
mungkin kita cari selama ini. Bersandar pada manusia mungkin bisa menjadi
alternatifnya. Karena manusia itu katanya saling melengkapi. Tapi ada saatnya manusia
itu punya rasa lelah untuk disandari kemudian dia pergi.
Saat itu aku berfikir, lalu bersandar
pada siapa kita setelah manusia tak mampu kita sandari. Tuhan… karena aku islam
aku menyebutnya ALLAH. Sang pencipta terindah, menurutku. Setiap ciptaan
pastilah rindu akan penciptanya. Dan itulah sandaran terhebatku.
Namun sekarang aku mulai sadar, aku lupa cara bersandar padahal Tuhan
tak pernah menjauhkan bahunya untuk tempat ku
meletakkan kepalaku. Aku lupa cara bercerita padanNYA, aku juga lupa
cara berterima kasih padaNYA. Tuhan yang tak pernah berpaling meskipun aku
selalu ingkar. Tak seperti pacar sekali ingkar kata bubar menghantar.
Sekarang aku bingung cara
berpasrah ? Dalam agamaku aku diajar untuk menyerahkan semuanya pada tuhan. Yang
dalam basa islaminya . Aku pernah mendengar nasehat bijak tentang “Jika kamu
menyerah maka maka kamu gagal” lalu kapan aku harus berhentinya berusaha, dan
berpasrah. Jawabannya satu, saat kamu merasa telah berusaha dan ikhlas untuk
menerima segala hasilnya. Tuhan tak pernah membiarkan kekasihnya terhina. DIA
pastilah punya jalan yang lebih dari apa yang kita bayangkan. Terkadang jalan
itu sedikit mendaki, ibarat gunung tinggi yang siap kita daki. Hingga kita
menemukan sebuah danau yang airnya siap kita teguk setelah letih menggeliat
tubuh. Atau jalan landai yang siap kita jajaki dengan kaki telanjang. Karena tuhan
selalu punya rasahasi untuk setiap jalan yang ia beri.
Comments
Post a Comment